VoyForums
[ Show ]
Support VoyForums
[ Shrink ]
VoyForums Announcement: Programming and providing support for this service has been a labor of love since 1997. We are one of the few services online who values our users' privacy, and have never sold your information. We have even fought hard to defend your privacy in legal cases; however, we've done it with almost no financial support -- paying out of pocket to continue providing the service. Due to the issues imposed on us by advertisers, we also stopped hosting most ads on the forums many years ago. We hope you appreciate our efforts.

Show your support by donating any amount. (Note: We are still technically a for-profit company, so your contribution is not tax-deductible.) PayPal Acct: Feedback:

Donate to VoyForums (PayPal):

Saturday, November 16, 14:53:19Login ] [ Contact Forum Admin ] [ Main index ] [ Post a new message ] [ Search | Check update time | Archives: [1]23 ]
Subject: Re: Latihan Kultivasi Zhuge Liang


Author:
Jung That
[ Next Thread | Previous Thread | Next Message | Previous Message ]
Date Posted: 19:26:06 02/24/07 Sat
In reply to: butongpay 's message, "Latihan Kultivasi Zhuge Liang" on 18:07:38 01/11/07 Thu

>Latihan Kultivasi Zhuge Liang
>
>Zhuge Liang adalah ahli strategi militer dari negara
>Han
>pada zaman Tiga Negara (220-280 A.D.). Dia adalah ahli
>strategi yang paling
>cerdik dan terkenal dalam sejarah Tiongkok. Dia
>acapkali dilukiskan sedang
>memakai sebuah jubah dan memegang kipas yang terbuat
>dari bulu burung
>bangau.
>
>Ketika Zhuge Liang berumur 9 tahun, dia masih tidak
>dapat berbicara.
>Keluarganya sangat miskin. Ayahnya menyuruh dia
>menggembalakan domba di
>dekat sebuah bukit di sebuah gunung. Di atas gunung
>ada sebuah kuil Pendeta
>Tao dimana tinggal seorang Pendeta Tao tua dengan
>kepala penuh dengan uban.
>Setiap hari Pendeta Tao tersebut berjalan-jalan santai
>di luar kuil. Ketika
>ia berjumpa Zhuge Liang, dia mencoba berkomunikasi
>dengan anak laki-laki
>tersebut dengan menggunakan isyarat tangan. Zhuge
>Liang juga senang
>"berkomunikasi" dengan Pendeta Tao tersebut dengan
>isyarat tangan. Pendeta
>Tao itu menjadi sangat menyayangi Zhuge Liang yang
>pintar dan menawan itu.
>Dia mulai mengobati masalah kebisuan anak laki-laki
>itu. Tidak lama kemudian
>Zhuge Liang bisa berbicara!
>
>Zhuge Liang sangat gembira ketika akhirnya dia bisa
>bicara. Dia pergi
>mendaki menuju ke kuil Pendeta Tao tersebut untuk
>mengucapkan terima kasih.
>Pendeta Tao tersebut memberitahukannya, "Ketika kau
>pulang ke rumah, katakan
>pada orang tuamu bahwa saya mengangkatmu sebagai murid
>dan saya akan
>mengajari kamu membaca. Saya juga akan mengajarimu
>seni astronomi, geografi
>dan menerapkan teori Ying dan Yang di dalam strategi
>militer. Jika orang
>tuamu setuju, kamu harus hadir di sekolah setiap hari
>dan kamu tidak boleh
>membolos!"
>
>Sejak saat itu, Zhuge Liang menjadi murid Pendeta Tao
>tua tersebut. Hujan
>atau terang, Zhuge Liang akan mendaki gunung untuk
>menerima pelajarannya.
>Dia adalah seorang anak yang sangat pintar dan rajin
>yang sangat serius
>dalam pelajarannya. Dia juga mempunyai daya ingat yang
>sangat tajam. Pendeta
>Tao tersebut tidak pernah harus mengajari segala
>sesuatunya sampai dua kali.
>Dengan sendirinya Pendeta Tao tersebut menjadi semakin
>menyayanginya.
>
>Delapan tahun berlalu dengan cepatnya dan Zhuge Liang
>menjadi seorang
>remaja.
>
>Suatu hari ketika Zhuge Liang seperti biasanya turun
>gunung, dia melewati
>sebuah biara yang telah ditinggalkan, terletak di
>tengah-tengah gunung.
>Tiba-tiba datang hembusan angin yang sangat kuat,
>diikuti dengan badai
>petir. Zhuge Liang tiada pilihan lain selain berlari
>masuk ke biara yang
>telah ditinggalkan itu untuk menghindari badai. Di
>sana ada seorang wanita
>muda yang belum pernah dijumpai keluar untuk bertemu
>dengannya. Dia memiliki
>sepasang mata yang besar dan alis yang tipis. Dia
>begitu cantiknya
>sampai-sampai Zhuge Liang hampir salah mengiranya
>adalah seorang dewi. Dia
>segera tertarik dengan wanita muda tersebut.
>
>Ketika badai berhenti, wanita cantik itu menemui dia
>di depan pintu dan
>berkata padanya dengan tersenyum, "Karena sekarang
>kita sudah saling
>berjumpa. Kamu bebas untuk mampir dan menikmati
>secangkir teh kapanpun kau
>ingin beristirahat dalam perjalananmu turun atau naik
>ke gunung." Begitu
>Zhuge Liang berjalan keluar dari biara itu, dia merasa
>curiga. "Mengapa saya
>tidak mengetahui ada orang yang tinggal di biara ini
>sebelumnya?" pikirnya.
>
>Sejak hari itu, Zhuge Liang mulai sering mengunjungi
>biara tersebut. Setiap
>kali wanita cantik itu selalu menghiburnya dengan
>ramah tamah. Dia memasak
>makanan yang enak untuknya dan selalu membujuknya
>untuk tinggal lebih lama.
>Setelah makan malam mereka selalu berbincang-bincang
>dengan seru dan bermain
>catur. Dibandingkan dengan kuil Pendeta Tao, biara
>tersebut bagaikan surga.
>
>Selalu memikirkan wanita itu mengalihkan perhatiannya
>dari pendidikannya dan
>
>dia mulai kehilangan semangat untuk belajar. Dia
>semakin lama semakin kurang
>perhatiannya terhadap ajaran dari Pendeta Tao. Dia
>juga menjadi pelupa dan
>mengalami kesulitan dalam mempelajari buku pelajaran
>baru.
>
>Pendeta Tao tua itu menemukan masalahnya. Suatu hari
>dia memanggil Zhuge
>Liang dan menarik napas panjang. "Lebih mudah
>menghancurkan sebuah pohon
>daripada menanam sebuah pohon!" ujarnya. "Saya telah
>menyia-nyiakan banyak
>tahun untuk kamu!"
>
>Zhuge Liang menundukan kepalanya karena malu dan
>berkata, "Guru, saya tidak
>akan mengecewakan anda lagi atau menyia-nyiakan ajaran
>anda!"
>
>"Saya tidak mempercaimu," kata Pendeta Tao tua. "Saya
>tahu kamu adalah
>seorang anak yang sangat cerdas, karena itu saya ingin
>mengobati penyakitmu
>dan memberimu sebuah pendidikan yang layak. Delapan
>tahun terakhir ini kamu
>telah sangat dalam pendidikanmu, jadi saya berpikir
>bahwa kerja keras untuk
>mendidikmu adalah pantas. Tetapi sekarang kamu
>melalaikan pendidikanmu.
>Bagaimanapun pandainya kamu, kamu tidak dapat
>kemana-mana jika kamu
>terus-menerus seperti ini! Sekarang kamu berjanji
>padaku untuk tidak akan
>pernah lagi mengecewakan aku. Bagaimana saya dapat
>mempercayai kata-katamu?"
>
>Pendeta Tao tua melanjutkan, "Semua ada penyebabnya."
>Kemudian dia menunjuk
>ke sebatang pohon yang terbungkus oleh banyak tumbuhan
>merambat yang tebal
>di halaman. "Lihat pohon itu," katanya. "Mengapa kamu
>pikir pohon itu
>setengah hidup dan sedang berjuang dalam setiap
>pertumbuhannya?"
>
>"Tanaman merambat yang melilit pohon menghalangi
>pertumbuhannya!" jawab
>Zhuge Liang.
>
>"Tepat sekali! Pohon ini mengalami kesulitan untuk
>tumbuh di gunung cadas
>dengan tanah yang sedikit ini. Tetapi dia tetap tumbuh
>karena dia teguh
>untuk mengembangkan akar dan cabangnya. Dia tidak
>takut udara panas maupun
>dingin. Tetapi, ketika tanaman merambat membungkusnya,
>dia tidak dapat
>tumbuh lebih tinggi lagi. Lucukan bagaimana tanaman
>merambat yang lembut itu
>bisa mengalahkan pohon yang tinggi dan tegap itu!"
>
>Zhuge Liang sangat pintar, jadi dia segera memahami
>apa yang dimaksud oleh
>Gurunya. Dia bertanya, "Guru, anda mengetahui
>kunjungan saya ke biara itu"
>
>Pendeta Tao tua berkata, "Hidup di dekat air,
>seseorang akan mempelajari
>sifat alami ikan. Hidup di gunung, seseorang akan
>mempelajari bahasa burung.
>Saya telah mengamati kamu dan tingkah lakumu.
>Bagaimana mungkin hubungan
>asmaramu luput dari perhatianku?"
>
>Dia berhenti sebentar sebelum memberitahukan muridnya
>dengan tatapan yang
>serius, "Biar kuberitahu kamu kebenaran mengenai
>wanita cantik itu. Dia
>bukan manusia. Dia adalah burung bangau dewa di surga.
>Dia telah diusir
>keluar dari istana langit sebagai hukuman karena telah
>mencuri dan memakan
>buah persik Ratu Langit. Dia datang ke dunia manusia
>dan menjelma menjadi
>seorang wanita cantik. Dia adalah bangau dewa yang
>telah rusak moralnya yang
>tahunya hanya mencari kesenangan. Kamu telah terpedaya
>oleh penampilannya,
>kamu telah menyia-nyiakan tidak hanya waktumu saja.
>Jika kamu membiarkan
>dirimu kehilangan kemauanmu, kamu akan kehilangan
>segalanya! Selain itu,
>jika kamu tidak menuruti kehendaknya, akhirnya dia
>akan menyakitimu.
>
>Sampai waktu itu Zhuge Liang baru menyadari keseriusan
>dari petualangannya.
>Dengan cemas dia meminta gurunya cara mengatasinya.
>
>Pendeta Tao tua berkata, "Bangau dewa tersebut
>mempunyai kebiasaan pada
>tengah malam menjelma kembali ke bentuk semulanya dan
>terbang ke sungai
>langit untuk mandi. Ketika dia menjauhi biara, kamu
>harus masuk ke kamarnya
>dan bakar jubahnya. Dia mencuri jubah tersebut dari
>Istana Langit. Tanpa
>jubah, dia tidak akan dapat menjelma menjadi seorang
>wanita cantik.
>
>Zhuge Liang berjanji untuk mengikuti instruksi
>Gurunya. Sebelum ia pergi,
>Gurunya memberikan sebuah tongkat dengan ukiran kepala
>naga di ujung
>atasnya. Dia memberitahu Zhuge Liang, "Ketika bangau
>dewa tersebut
>mengetahui kebakaran di dalam biara, dia akan segera
>terbang kembali dari
>sungai langit. Dia akan menyadari bahwa kamu telah
>membakar jubahnya dan
>akan menyerang kamu. Ketika itu terjadi, kau harus
>memukulnya dengan tongkat
>ini! Sangatlah penting untuk kau ingat dan mengerjakan
>apa yang telah aku
>beritahukan kepadamu!"
>
>Tengah malam, diam-diam Zhuge Liang pergi ke biara
>tersebut. Dia membuka
>kamar wanita itu dan menemukan jubahnya di atas
>ranjang. Dia segera membakar
>jubah tersebut.
>
>Ketika bangau dewa sedang mandi di sungai langit,
>tiba-tiba dia merasa
>jantungnya sakit. Dia melihat ke arah biara dan
>melihat api. Dia segera
>terbang ke bawah dan melihat Zhuge Liang telah
>membakar jubahnya. Dia
>menghampiri Zhuge Liang dan berusaha menyerang matanya
>dengan paruh. Zhuge
>Liang mempunyai reflek yang cepat. Dia mengangkat
>tongkatnya dan memukul
>jatuh bangau dewa. Kemudian dia menangkap ekor bangau
>itu. Bangau dewa itu
>memberontak dan berhasil meloloskan diri, tetapi dia
>kehilangan bulu ekornya
>pada Zhuge Liang.
>
>Dia menjadi seekor bangau dengan ekor botak. Dia
>menjadi malu dengan
>penampilannya, sehingga dia berhenti mandi di sungai
>langit. Dia juga tidak
>berani memasuki Istana Langit untuk mencuri jubah
>lagi, jadi dia tidak punya
>pilihan lain selain tetap tinggal di dunia manusia
>selamanya dan hidup
>diantara bangau biasa.
>
>Untuk mengingatkan dirinya sendiri akan pelajaran ini,
>Zhuge Liang menyimpan
>bulu ekor bangau itu.
>Sejak hari itu, Zhuge Liang menjadi semakin rajin. Dia
>akan menghafal semua
>yang diajarkan oleh Gurunya dan semua buku pelajaran.
>Dia benar-benar
>menyerap apa yang telah dipelajarinya dan dapat
>menerapkannya dengan mudah.
>Setahun telah lewat. Tepat pada hari ia membakar jubah
>bangau dewa setahun
>yang lalu, pendeta Tao tua memberitahukannya dengan
>sebuah senyuman lebar,
>"Muridku, kau telah belajar dibawah pengawasanku
>selama sembilan tahun. Saya
>telah mengajarimu semua yang harus kau pelajari dan
>kamu telah mempelajari
>semua buku pelajaran di sini. Ada sebuah pepatah,
>"Guru membawamu ke pintu
>masuk, dan terserah padamu untuk berlatih kultivasi.'
>Sekarang kamu berusia
>18 tahun. Sudah saatnya kamu meninggalkan rumah dan
>mengembangkan karirmu!"
>
>Ketika Zhuge Liang mendengar bahwa ia telah
>menyelesaikan pendidikannya, dia
>
>memohon gurunya untuk mengajarinya lagi. "Guru!
>Semakin banyak saya belajar,
>saya merasa semakin rendah hati. Saya merasa masih
>banyak yang harus saya
>pelajari dari anda!"
>
>"Pendidikan sejati berasal dari kehidupan nyata. Kau
>harus belajar
>menerapkan pengetahuanmu didalam kehidupan dan
>merancang pemecahan yang
>berbeda untuk situasi yang berbeda! Sebagi contoh, kau
>telah belajar sebuah
>pelajaran yang penting dari kunjunganmu dengan bangau
>dewa bahwa seseorang
>tidak seharusnya tergoda oleh nafsu atau perasaan. Ini
>adalah pelajaran
>berguna yang diperoleh dari pengalaman nyata. Dengan
>hal itu didalam
>pikiran, kamu tidak akan dibuat binggung oleh
>permukaan maya dari dunia ini.
>
>Berhati-hatilah dalam setiap tindakanmu. Kamu harus
>melihat segalanya dalam
>bentuk sejatinya. Ini adalah nasihat perpisahan saya
>kepadamu! Saya akan
>meninggalkanmu hari ini."
>
>"Guru, kemana Anda akan pergi?" dengan heran Zhuge
>Liang bertanya. "dimana
>saya dapat menemuimu atau mengunjungimu di kemudian
>hari?"
>
>"Saya akan keliling dunia dan tidak akan menetap lagi."
>
>Tiba-tiba Zhuge Liang merasakan air mata yang hangat
>menetes dari matanya.
>Dia berkata, "Guru! Sebelum anda pergi, anda harus
>memberikan aku kesempatan
>untuk bersujud kepada anda dan berterima kasih kepada
>anda atas pendidikan
>yang anda berikan padaku!"
>
>Kemudia Zhuge Liang bersujud kepada Gurunya. Ketika
>dia berdiri, Pendeta Tao
>
>tersebut telah menghilang.
>
>Pendeta Tao itu meninggalkannya sebuah jubah dengan
>gambar patkwa. Zhuge
>Liang sering memikirkan Gurunya; karena itu, ia sering
>memakai jubah dengan
>gambar patkwa sebab memberikannya perasaan bahwa
>Gurunya berada di
>sampingnya.
>
>Zhuge Liang tidak pernah lupa nasihat Gurunya,
>terutama nasihat
>perpisahannya. Dia membuat kipas dari bulu ekor bangau
>dewa untuk
>mengingatkan dirinya sendiri untuk sangat berhati-hati
>seumur hidupnya. Ini
>adalah cerita dibalik kipas bulu terkenal yang dibawa
>oleh Zhuge Liang.

[ Next Thread | Previous Thread | Next Message | Previous Message ]

Replies:
Subject Author Date
Re: Latihan Kultivasi Zhuge LiangPutra (kirayamato.maiputra@gmail.com)13:18:04 12/25/07 Tue


Post a message:
This forum requires an account to post.
[ Create Account ]
[ Login ]
[ Contact Forum Admin ]


Forum timezone: GMT+7
VF Version: 3.00b, ConfDB:
Before posting please read our privacy policy.
VoyForums(tm) is a Free Service from Voyager Info-Systems.
Copyright © 1998-2019 Voyager Info-Systems. All Rights Reserved.