Show your support by donating any amount. (Note: We are still technically a for-profit company, so your contribution is not tax-deductible.) PayPal Acct: Feedback:
Donate to VoyForums (PayPal):
Saturday, November 16, 14:53:19 | [ Login ] [ Contact Forum Admin ] [ Main index ] [ Post a new message ] [ Search | Check update time | Archives: [1], 2, 3 ] |
Subject: Re: Latihan Kultivasi Zhuge Liang | |
Author: Jung That |
[
Next Thread |
Previous Thread |
Next Message |
Previous Message
]
Date Posted: 19:26:06 02/24/07 Sat In reply to: butongpay 's message, "Latihan Kultivasi Zhuge Liang" on 18:07:38 01/11/07 Thu >Latihan Kultivasi Zhuge Liang > >Zhuge Liang adalah ahli strategi militer dari negara >Han >pada zaman Tiga Negara (220-280 A.D.). Dia adalah ahli >strategi yang paling >cerdik dan terkenal dalam sejarah Tiongkok. Dia >acapkali dilukiskan sedang >memakai sebuah jubah dan memegang kipas yang terbuat >dari bulu burung >bangau. > >Ketika Zhuge Liang berumur 9 tahun, dia masih tidak >dapat berbicara. >Keluarganya sangat miskin. Ayahnya menyuruh dia >menggembalakan domba di >dekat sebuah bukit di sebuah gunung. Di atas gunung >ada sebuah kuil Pendeta >Tao dimana tinggal seorang Pendeta Tao tua dengan >kepala penuh dengan uban. >Setiap hari Pendeta Tao tersebut berjalan-jalan santai >di luar kuil. Ketika >ia berjumpa Zhuge Liang, dia mencoba berkomunikasi >dengan anak laki-laki >tersebut dengan menggunakan isyarat tangan. Zhuge >Liang juga senang >"berkomunikasi" dengan Pendeta Tao tersebut dengan >isyarat tangan. Pendeta >Tao itu menjadi sangat menyayangi Zhuge Liang yang >pintar dan menawan itu. >Dia mulai mengobati masalah kebisuan anak laki-laki >itu. Tidak lama kemudian >Zhuge Liang bisa berbicara! > >Zhuge Liang sangat gembira ketika akhirnya dia bisa >bicara. Dia pergi >mendaki menuju ke kuil Pendeta Tao tersebut untuk >mengucapkan terima kasih. >Pendeta Tao tersebut memberitahukannya, "Ketika kau >pulang ke rumah, katakan >pada orang tuamu bahwa saya mengangkatmu sebagai murid >dan saya akan >mengajari kamu membaca. Saya juga akan mengajarimu >seni astronomi, geografi >dan menerapkan teori Ying dan Yang di dalam strategi >militer. Jika orang >tuamu setuju, kamu harus hadir di sekolah setiap hari >dan kamu tidak boleh >membolos!" > >Sejak saat itu, Zhuge Liang menjadi murid Pendeta Tao >tua tersebut. Hujan >atau terang, Zhuge Liang akan mendaki gunung untuk >menerima pelajarannya. >Dia adalah seorang anak yang sangat pintar dan rajin >yang sangat serius >dalam pelajarannya. Dia juga mempunyai daya ingat yang >sangat tajam. Pendeta >Tao tersebut tidak pernah harus mengajari segala >sesuatunya sampai dua kali. >Dengan sendirinya Pendeta Tao tersebut menjadi semakin >menyayanginya. > >Delapan tahun berlalu dengan cepatnya dan Zhuge Liang >menjadi seorang >remaja. > >Suatu hari ketika Zhuge Liang seperti biasanya turun >gunung, dia melewati >sebuah biara yang telah ditinggalkan, terletak di >tengah-tengah gunung. >Tiba-tiba datang hembusan angin yang sangat kuat, >diikuti dengan badai >petir. Zhuge Liang tiada pilihan lain selain berlari >masuk ke biara yang >telah ditinggalkan itu untuk menghindari badai. Di >sana ada seorang wanita >muda yang belum pernah dijumpai keluar untuk bertemu >dengannya. Dia memiliki >sepasang mata yang besar dan alis yang tipis. Dia >begitu cantiknya >sampai-sampai Zhuge Liang hampir salah mengiranya >adalah seorang dewi. Dia >segera tertarik dengan wanita muda tersebut. > >Ketika badai berhenti, wanita cantik itu menemui dia >di depan pintu dan >berkata padanya dengan tersenyum, "Karena sekarang >kita sudah saling >berjumpa. Kamu bebas untuk mampir dan menikmati >secangkir teh kapanpun kau >ingin beristirahat dalam perjalananmu turun atau naik >ke gunung." Begitu >Zhuge Liang berjalan keluar dari biara itu, dia merasa >curiga. "Mengapa saya >tidak mengetahui ada orang yang tinggal di biara ini >sebelumnya?" pikirnya. > >Sejak hari itu, Zhuge Liang mulai sering mengunjungi >biara tersebut. Setiap >kali wanita cantik itu selalu menghiburnya dengan >ramah tamah. Dia memasak >makanan yang enak untuknya dan selalu membujuknya >untuk tinggal lebih lama. >Setelah makan malam mereka selalu berbincang-bincang >dengan seru dan bermain >catur. Dibandingkan dengan kuil Pendeta Tao, biara >tersebut bagaikan surga. > >Selalu memikirkan wanita itu mengalihkan perhatiannya >dari pendidikannya dan > >dia mulai kehilangan semangat untuk belajar. Dia >semakin lama semakin kurang >perhatiannya terhadap ajaran dari Pendeta Tao. Dia >juga menjadi pelupa dan >mengalami kesulitan dalam mempelajari buku pelajaran >baru. > >Pendeta Tao tua itu menemukan masalahnya. Suatu hari >dia memanggil Zhuge >Liang dan menarik napas panjang. "Lebih mudah >menghancurkan sebuah pohon >daripada menanam sebuah pohon!" ujarnya. "Saya telah >menyia-nyiakan banyak >tahun untuk kamu!" > >Zhuge Liang menundukan kepalanya karena malu dan >berkata, "Guru, saya tidak >akan mengecewakan anda lagi atau menyia-nyiakan ajaran >anda!" > >"Saya tidak mempercaimu," kata Pendeta Tao tua. "Saya >tahu kamu adalah >seorang anak yang sangat cerdas, karena itu saya ingin >mengobati penyakitmu >dan memberimu sebuah pendidikan yang layak. Delapan >tahun terakhir ini kamu >telah sangat dalam pendidikanmu, jadi saya berpikir >bahwa kerja keras untuk >mendidikmu adalah pantas. Tetapi sekarang kamu >melalaikan pendidikanmu. >Bagaimanapun pandainya kamu, kamu tidak dapat >kemana-mana jika kamu >terus-menerus seperti ini! Sekarang kamu berjanji >padaku untuk tidak akan >pernah lagi mengecewakan aku. Bagaimana saya dapat >mempercayai kata-katamu?" > >Pendeta Tao tua melanjutkan, "Semua ada penyebabnya." >Kemudian dia menunjuk >ke sebatang pohon yang terbungkus oleh banyak tumbuhan >merambat yang tebal >di halaman. "Lihat pohon itu," katanya. "Mengapa kamu >pikir pohon itu >setengah hidup dan sedang berjuang dalam setiap >pertumbuhannya?" > >"Tanaman merambat yang melilit pohon menghalangi >pertumbuhannya!" jawab >Zhuge Liang. > >"Tepat sekali! Pohon ini mengalami kesulitan untuk >tumbuh di gunung cadas >dengan tanah yang sedikit ini. Tetapi dia tetap tumbuh >karena dia teguh >untuk mengembangkan akar dan cabangnya. Dia tidak >takut udara panas maupun >dingin. Tetapi, ketika tanaman merambat membungkusnya, >dia tidak dapat >tumbuh lebih tinggi lagi. Lucukan bagaimana tanaman >merambat yang lembut itu >bisa mengalahkan pohon yang tinggi dan tegap itu!" > >Zhuge Liang sangat pintar, jadi dia segera memahami >apa yang dimaksud oleh >Gurunya. Dia bertanya, "Guru, anda mengetahui >kunjungan saya ke biara itu" > >Pendeta Tao tua berkata, "Hidup di dekat air, >seseorang akan mempelajari >sifat alami ikan. Hidup di gunung, seseorang akan >mempelajari bahasa burung. >Saya telah mengamati kamu dan tingkah lakumu. >Bagaimana mungkin hubungan >asmaramu luput dari perhatianku?" > >Dia berhenti sebentar sebelum memberitahukan muridnya >dengan tatapan yang >serius, "Biar kuberitahu kamu kebenaran mengenai >wanita cantik itu. Dia >bukan manusia. Dia adalah burung bangau dewa di surga. >Dia telah diusir >keluar dari istana langit sebagai hukuman karena telah >mencuri dan memakan >buah persik Ratu Langit. Dia datang ke dunia manusia >dan menjelma menjadi >seorang wanita cantik. Dia adalah bangau dewa yang >telah rusak moralnya yang >tahunya hanya mencari kesenangan. Kamu telah terpedaya >oleh penampilannya, >kamu telah menyia-nyiakan tidak hanya waktumu saja. >Jika kamu membiarkan >dirimu kehilangan kemauanmu, kamu akan kehilangan >segalanya! Selain itu, >jika kamu tidak menuruti kehendaknya, akhirnya dia >akan menyakitimu. > >Sampai waktu itu Zhuge Liang baru menyadari keseriusan >dari petualangannya. >Dengan cemas dia meminta gurunya cara mengatasinya. > >Pendeta Tao tua berkata, "Bangau dewa tersebut >mempunyai kebiasaan pada >tengah malam menjelma kembali ke bentuk semulanya dan >terbang ke sungai >langit untuk mandi. Ketika dia menjauhi biara, kamu >harus masuk ke kamarnya >dan bakar jubahnya. Dia mencuri jubah tersebut dari >Istana Langit. Tanpa >jubah, dia tidak akan dapat menjelma menjadi seorang >wanita cantik. > >Zhuge Liang berjanji untuk mengikuti instruksi >Gurunya. Sebelum ia pergi, >Gurunya memberikan sebuah tongkat dengan ukiran kepala >naga di ujung >atasnya. Dia memberitahu Zhuge Liang, "Ketika bangau >dewa tersebut >mengetahui kebakaran di dalam biara, dia akan segera >terbang kembali dari >sungai langit. Dia akan menyadari bahwa kamu telah >membakar jubahnya dan >akan menyerang kamu. Ketika itu terjadi, kau harus >memukulnya dengan tongkat >ini! Sangatlah penting untuk kau ingat dan mengerjakan >apa yang telah aku >beritahukan kepadamu!" > >Tengah malam, diam-diam Zhuge Liang pergi ke biara >tersebut. Dia membuka >kamar wanita itu dan menemukan jubahnya di atas >ranjang. Dia segera membakar >jubah tersebut. > >Ketika bangau dewa sedang mandi di sungai langit, >tiba-tiba dia merasa >jantungnya sakit. Dia melihat ke arah biara dan >melihat api. Dia segera >terbang ke bawah dan melihat Zhuge Liang telah >membakar jubahnya. Dia >menghampiri Zhuge Liang dan berusaha menyerang matanya >dengan paruh. Zhuge >Liang mempunyai reflek yang cepat. Dia mengangkat >tongkatnya dan memukul >jatuh bangau dewa. Kemudian dia menangkap ekor bangau >itu. Bangau dewa itu >memberontak dan berhasil meloloskan diri, tetapi dia >kehilangan bulu ekornya >pada Zhuge Liang. > >Dia menjadi seekor bangau dengan ekor botak. Dia >menjadi malu dengan >penampilannya, sehingga dia berhenti mandi di sungai >langit. Dia juga tidak >berani memasuki Istana Langit untuk mencuri jubah >lagi, jadi dia tidak punya >pilihan lain selain tetap tinggal di dunia manusia >selamanya dan hidup >diantara bangau biasa. > >Untuk mengingatkan dirinya sendiri akan pelajaran ini, >Zhuge Liang menyimpan >bulu ekor bangau itu. >Sejak hari itu, Zhuge Liang menjadi semakin rajin. Dia >akan menghafal semua >yang diajarkan oleh Gurunya dan semua buku pelajaran. >Dia benar-benar >menyerap apa yang telah dipelajarinya dan dapat >menerapkannya dengan mudah. >Setahun telah lewat. Tepat pada hari ia membakar jubah >bangau dewa setahun >yang lalu, pendeta Tao tua memberitahukannya dengan >sebuah senyuman lebar, >"Muridku, kau telah belajar dibawah pengawasanku >selama sembilan tahun. Saya >telah mengajarimu semua yang harus kau pelajari dan >kamu telah mempelajari >semua buku pelajaran di sini. Ada sebuah pepatah, >"Guru membawamu ke pintu >masuk, dan terserah padamu untuk berlatih kultivasi.' >Sekarang kamu berusia >18 tahun. Sudah saatnya kamu meninggalkan rumah dan >mengembangkan karirmu!" > >Ketika Zhuge Liang mendengar bahwa ia telah >menyelesaikan pendidikannya, dia > >memohon gurunya untuk mengajarinya lagi. "Guru! >Semakin banyak saya belajar, >saya merasa semakin rendah hati. Saya merasa masih >banyak yang harus saya >pelajari dari anda!" > >"Pendidikan sejati berasal dari kehidupan nyata. Kau >harus belajar >menerapkan pengetahuanmu didalam kehidupan dan >merancang pemecahan yang >berbeda untuk situasi yang berbeda! Sebagi contoh, kau >telah belajar sebuah >pelajaran yang penting dari kunjunganmu dengan bangau >dewa bahwa seseorang >tidak seharusnya tergoda oleh nafsu atau perasaan. Ini >adalah pelajaran >berguna yang diperoleh dari pengalaman nyata. Dengan >hal itu didalam >pikiran, kamu tidak akan dibuat binggung oleh >permukaan maya dari dunia ini. > >Berhati-hatilah dalam setiap tindakanmu. Kamu harus >melihat segalanya dalam >bentuk sejatinya. Ini adalah nasihat perpisahan saya >kepadamu! Saya akan >meninggalkanmu hari ini." > >"Guru, kemana Anda akan pergi?" dengan heran Zhuge >Liang bertanya. "dimana >saya dapat menemuimu atau mengunjungimu di kemudian >hari?" > >"Saya akan keliling dunia dan tidak akan menetap lagi." > >Tiba-tiba Zhuge Liang merasakan air mata yang hangat >menetes dari matanya. >Dia berkata, "Guru! Sebelum anda pergi, anda harus >memberikan aku kesempatan >untuk bersujud kepada anda dan berterima kasih kepada >anda atas pendidikan >yang anda berikan padaku!" > >Kemudia Zhuge Liang bersujud kepada Gurunya. Ketika >dia berdiri, Pendeta Tao > >tersebut telah menghilang. > >Pendeta Tao itu meninggalkannya sebuah jubah dengan >gambar patkwa. Zhuge >Liang sering memikirkan Gurunya; karena itu, ia sering >memakai jubah dengan >gambar patkwa sebab memberikannya perasaan bahwa >Gurunya berada di >sampingnya. > >Zhuge Liang tidak pernah lupa nasihat Gurunya, >terutama nasihat >perpisahannya. Dia membuat kipas dari bulu ekor bangau >dewa untuk >mengingatkan dirinya sendiri untuk sangat berhati-hati >seumur hidupnya. Ini >adalah cerita dibalik kipas bulu terkenal yang dibawa >oleh Zhuge Liang. [ Next Thread | Previous Thread | Next Message | Previous Message ] |
Subject | Author | Date |
Re: Latihan Kultivasi Zhuge Liang | Putra (kirayamato.maiputra@gmail.com) | 13:18:04 12/25/07 Tue |