Show your support by donating any amount. (Note: We are still technically a for-profit company, so your contribution is not tax-deductible.) PayPal Acct: Feedback:
Donate to VoyForums (PayPal):
Monday, November 25, 2:48:20 | [ Login ] [ Contact Forum Admin ] [ Main index ] [ Post a new message ] [ Search | Check update time | Archives: 1, 2, 3 ] |
Subject: Simple Taoism | |
Author: butongpay (happy) |
[
Next Thread |
Previous Thread |
Next Message |
Previous Message
]
Date Posted: 17:55:00 01/30/08 Wed Pada awalnya, dunia adalah suatu kehampaan tanpa batas yang disebut WuChi. Kehampaan ini digambarkan sebagai suatu lingkaran kosong yang dibentuk oleh garis putus-putus. Dari kehampaan ini muncullah kegiatan yang diekspresikan sebagai Yang, yang digambarkan dalam bentuk lingkaran kosong, dan ketidakgiatan yang digambarkan dalam lingkaran hitam. Interaksi yang terjadi diantara kegiatan dan ketidakgiatan ini disebut taichi, yang diperlihatkan sebagai lingkaran Yin-Yang setengah hitam dan setengah putih. Dengan pendekatan yang khas, Konfusius menemui Lao-Tzu dan berkata, “Aku telah membaca Six Classics dan menganggap diriku sudah ahli. Walaupun demikian, tidak satu pun dari 72 penguasa yang aku nasihati itu pernah mempraktikkan gagasanku! Dimana letak kesalahanku?” LaoTzu menjawab, “Boleh saja kamu sudah membaca Six Classics, namun harus selalu ingat bahwa isinya hanyalah jejak kaki, bukannya sepatu itu sendiri.” Ketika perbedaan antara benar dan salah muncul, maka Tao kehilangan keutuhannya. Dan ketika Tao kehilangan keutuhannya, sikap berat sebelah individu pun muncul (Yutang 1948, 44) Upaya dan Takdir Dua rangkaian daya yang selalu hadir dalam kehidupan kita: upaya manusia dan takdir. Upaya kita sendiri menghasilkan banyak hal - perkembangan professional, penguasaan keterampilan. Sedangkan takdir yang merupakan daya yang lebih penuh daya itu dapat mempertontonkan dayanya setiap saat sehingga mengubah jalur hidup kita. Orang bijak mengetahui bahwa melawan takdir adalah usaha orang yang sia-sia. Lieh-Tzu menasihati para pembacanya agar menyelaraskan diri dengan takdir. Dengan demikian, mereka akan hidup sejalan dengan Tao dan menyaksikan diri mereka secara alami mengembangkan takdir hingga ke potensial yang maksimal. Terang selalu menghasilkan bayangan. Suara menghasilkan gema. Kita selalu berada dalam suatu hubungan antara realitas yang konkret dan dunia bayangan, gema dan mimpi yang penuh ilusi dan mistis. Tidak ada prinsip atau kaidah yang dapat diberikan untuk menuntun perilaku. Setiap kaidah atau prinsip hanya melihat satu sisi dan keliru. Tao adalah satu-satunya penuntun yang ada, yang mengatasi kaidah dan kata-kata, yang damai dan merupakan kaidah yang unggul. Yang Chu mewakili kebebasan dari segala aturan, kebebasan untuk bersikap spontan, memelihara hidup, mengikuti dorongan hati, dan memuaskan diri, bukannya hidup yang terikat pada aturan atau kaidah yang serba masuk akal. Munurut Yang Chu, dalam mengekspresikan diri itulah hidup kita terpenuhkan. Kaum NeoTaois adalah orang-orang yang spontan dan tidak kenal halangan. Pada suatu tengah malam, WangHuiChih (meninggal tahun 388) bangun setelah salju turun dengna lebat dan sekonyong-konyong ia memikirkan temannya, Tai. Ia segera meninggalkan rumahnya dan mendayung perahunya semalaman ke rumah temannya. Begitu sampai di depan pintu rumah Tai, ia justru berbalik dan pulang. Belakangan seorang bertanya kepadanya mengapa ia melakukan hal itu. Wang Hui Chih menjawab dengan yakin sekali, “Aku datang karena dorongan hati dari dalam diriku. Tetapi begitu sampai dirumah Tai, dorongan itu sudah tidak ada, maka aku pun pulang. Mengapa aku masih harus bertemu Tai?” (Fung Yu Lan 1966, 236) Perbedaan seorang Taoist yang bijaksana dengan seorang yang tidak tercerahkan adalah bahwa orang bijak dapat menyelami perasaan tanpa harus terperangkap atau terhalang oleh tanggapan emosionalnya. Banyak bentuk psikoterapi empiris modern yang menganut wawasan yang serupa. Ketika anda menyatu dengan perasaan, dengan mengalami dan menerima semua itu sebagai bagian dari tanggapan alami anda, emosi anda akan ditransfomasikan. Anda bebas memilih tindakan sebagai tanggapan. Sebagaimana diungkapkan oleh Wang Pi, “Orang bijak pun memiliki emosi, tetapi tanpa menjadi terpikat olehnya.” (Fung Yu Lan 1996, 238) Pada ukurannya yang paling besar, Tao itu tidak terbatas; pada ukurannya yang paling kecil, tidak ada sesuatupun yang sedemikian kecilnya sehingga tidak dapat dihuni oleh Tao. Begitulah segala sesuatu yang jumlahnya tidak terhingga itu muncul. Tao sedemikian besarnya sehingga mencakup segala sesuatu. Dalam seperti samudra, Tao tidak dapat diukur. (Yutang 1948, 187) Tao adalah hakikat yang tertinggi, yaitu sifat alami melekat yang menyemikan segenap keberadaan. Sebagai contoh, dapatkah Anda menggunakan cangkir jika cangkir itu tidak mempunyai ruang kosong? Dapatkah disebut cangkir jika tidak mempunyai ruang kosong? Hal yang sama berlaku untuk keberadaan. Tanpa hakikat, keberadaan tidaklah mungkin. Tao adalah sumber, sebelum terjadi penciptaan. Sebelum hidup adalah kehampaan atau kekosongan, yakni Tao. Hidup atau Te mengikuti Tao. Ruang hampa, menurut Taoisme, bukanlah semata tidak ada apa-apa, melainkan justru merupakan potensi adanya segala sesuatu. Ruang adalah keterbukaan untuk diisi. Konsep ini sedemikian fundamentalnya sehingga konsep yang sama pun ditemukan dalam filsafat Barat. Plato mengenal pentingnya ruang kosong. “Ruang itu adalah ibu dan menjadi wadah bagi segala ciptaan serta hal-hal yang kasatmata dan dengan cara apapun dapat diiindra…sifat alami universal yang menerima segala jasad…kendati menerima segala sesuatu, ruang tidak pernah berunjuk dari sifat alaminya sendiri.” (Plato, dalam Anrheim 1977, 9) Tao adalah kesatuan tak berubah yang mendasari semua fenomena yang berubah. Tao adalah keadaan tanpa kondisi dan mendahului pengkondisian. “Tao” adalah kata yang digunakan untuk merujuk pada sesuatu yang tidak dapat dinamai, suatu keheningan yang bergerak, suatu samudra yang membuat segala sesuatu hanya menjadi arusnya. Tao mendahului dan segala sesuatu mengikutinya. “Tao tidak berujung, barangkali merupakan leluhur dari segala sesuatu.” (Chan 1963, 141) Persepsi tentang dunia bersifat relatif, karena persepsi itu mengandalkan kriteria luar, standar yang dibatasi oleh perspektif. Misalnya, persepsi jarak didalam ruang bersifat relatif terhadap kapasitas dan ukuran kita sendiri. Bagi seekor semut kecil, merayapi gunung dikejauhan merupakan jarak yang terlalu jauh untuk ia bayangkan dapat ia capai. Bagi seekor rajawali, puncak gunung itu mungkin terasa dekat dan dapat dicapai, sebuah tempat yang dapat dijadikan tempat tinggal. “Jamur disuatu pagi tidak mengetahui (apa yang terjadi diantara) awal dan akhir suatu bulan; jangkrik yang berumur pendek tidak mengetahui (apa yang terjadi diantara) musim semi dan musim gugur. Inilah contoh kehidupan yang pendek. Diselatan Khu terdapat (pohon) yang dinamakan Ming-ling, yang musim seminya berlansung 500 tahun dan musim gugurnya pun sama panjangnya.” (Chuang Tzu, dalam Legge 1962, 166) Tao itu luwes, mengalir, terintegrasikan menjadi satu. Suatu struktur yang dikomunikasikan oleh Toaisme itu sederhana dan tidak berbunga-bunga; tidak ada tonggak atau balok, tidak ada pembagian menjadi komponen-komponen, tidak ada pemisahan - titik rujukan pusat dengan sendirinya adalah keseluruhan, merupakan kesatuan. Tiap-tiap bagian meresap ke dalam keseluruhannya sebagai bagian yang integral. Tiap-tiap bagian mendapatkan maknanya dalam keseluruhan itu. Keseluruhan menjadi fungsi dari keseluruhan, tidak terpisah-pisah atau tidak dapat dipisah-pisahkan. Keseluruhanpun lenyap didalam kesatuan yang misterius. Tidak mengetahui dapat mengembalikan kita pada sesuatu yang intuitif, menjadi lebih dekat pada Tao. Dengan mengetahui lebih sedikit, kita mengetahui lebih banyak. Pengetahuan bukanlah pemahaman. Kita tidak perlu mengetahui apa dan bagaimananya. Hanya perlu menjadi satu dengan sifat alami kita, Maka kita adalah Tao. (C.Alexander Simpkins) Yin dan Yang terbentuk dalam proses persepsi kita. Pertentangan antara Yin dan Yang sangatlah penting agar kita dapat mengenali segala hal. Kita mengenali perbedaan. Terdapat bukti eksperimental yang bagus bahwa ketika kita berhadapan dengan kesamaan, yakni dengan sesuatu yang konstan atau ransangan yang relatif tidak berubah dalam jangka waktu tertentu, kita tidak lagi menyadarinya. Kita semua pernah mengalami hal ini dalam hal suara latar, misalnya derum membosankan yang keluar dari AC atau pemanas. Pada awalnya boleh jadi kita terganggu oleh suara bising itu, tetapi tidak lama kemudian kita tidak lagi merasakannya. Jika kita keluar dari ruangan itu dan kembali lagi, kita mendengar suara itu lagi. Kita tidak cenderung untuk memersepsikan sesuatu, kecuali jika kita mendapati perbedaan. Kesamaan menghasilkan suatu persepsi kosong. Kita tidak lagi menyadarinya. Fenomena ini juga terjadi pada suara yang konstan, warna yang konstan diadalm ruangan, atau aroma yang konstan. Untuk menyadari semua itu diperlukan suatu perbedaan. Taoisme telah menyatakan hal ini, karena segala sesuatu menjadi ada dalam kaitannya dengan penentangnya. Air Jika diaduk-aduk, air menjadi keruh. Namun bila dibiarkan tidak terganggu, tidak ada arus atau angin, semua ketidakmurnian akan mengendap. Air itu menjadi jernih, sehingga segalanya terpantul dengan sempurna dipermukaannya. Ketika kita sedang sibuk melakukan banyak hal, pikiran menjadi teraduk-aduk, segala sesuatu menjadi keruh dan tidak jernih. Biarkan pikiran anda menjadi tenang, maka segala sesuatunya akan menjadi jernih. Dalam keheningan yang sempurna, kita akan menemukan Tao. ChuangTzu berkata, “Ketenangan mewakili sifat alami air dalam keadaannya yang paling baik.” (Yutang 1948, 77). Hanya air tenanglah yang memberikan pantulan, bukan air yang bergolak. Air menyesuaikan diri dengan bentuk apapun yang menjadi wadahnya, tanpa mengubah sifat alaminya sendiri. Air tetaplah air, baik ketika mengaliri sungai maupun ketika diisikan pada cangkir. Air dapat mengubah wujudnya sebagai cairan, untuk membentuk es yang padat atau bahkan menguap tanpa mengubah susunan kimianya. Serupa dengan itu, Tao itu tanpa bentuk, tetapi dapat menyesuaikan diri dengan segala sesuatu. Seperti halnya air, Tao mengalir tanpa susah payah, mengubah ekspresinya sesuai dengan keadaan, sama sekali tanpa meninggalkan sifat alami batinnya sendiri. Anda dapat menemukan cara menyesuaikan diri dengan banyaknya perubahan situasi hidup,jika anda mengalir bersama Tao. Air cenderung mengalir ke tempat yang lebih rendah. Kebocoran yang terjadi dipipa akan merembes pada setiap retakan yang ada, mengalir ke bawah. Tao juga dapat ditemukan, bahkan ditempat rendah sekaligus. Setiap tataran ekosistem mendapatkan peranan yang penting untu dimainkannya.Singkirkan spesies manapun, maka akan muncul riak perubahan yang menyebar diseluruh sistem. Jadilah seperti air, tanpa bentuk tetapi tegas, lembut tetapi tidak kenal lelah, jernih dan tenang, mencari tempat yang paling rendah untuk mencapai yang tertinggi. Dengan demikian, anda akan menemukan Tao tanpa pernah dapat dihalangi. Tindakan tanpa bertindak Rencanakan hal-hal sulit dari hal-hal yang mudah dulu; lakukan hal-hal besar dari hal-hal paling kecil dulu. Hal paling sulit didunia ini dimulai dari hal yang paling mudah; hal paling besar didunia ini dimulai dari hal yang paling kecil (Tao Te Ching, dalam Duyvendak 1992, 135) Minimalkan tindakan dengan bertindak tanpa ribut-ribut. Kerahkan upaya pada hal-hal yang mendasar, yaitu tindakan itu sendiri, bukannya pada detail dan embel-embel. Banyak upaya menjadi sia-sia karena fokus yang terpaku pada tindakan itu sendiri, semisal penampilan, persiapan, bahkan pendapat orang lain mengenai tindakan itu. Oleh karenanya, energi untuk sasaran yang sesungguhnya pun berkurang sehingga hasilnya kurang sukses. Ia menyelesaikan tugasnya, tetapi tidak menonjolkan jasanya. Persisnya, karena tidak mengklaim jasanya itulah, maka pencapaiannya tetap ada. (Tao Te Ching, dalam Chan 1963, 140) Prinsip ‘Tanpa Tindakan’ dalam Pemerintahan Semakin banyak larangan, semakin banyak ritual yang dihindari, Akan semakin melarat pula rakyat… Semakin banyak hukum yang ditetapkan, Akan semakin banyak pula pencuri, Karena itu, orang bijak berkata: Selama aku “tidak melakukan apapun”, rakyat akan mengentaskan diri. (Tao Te Ching, dalam Waley 1958, 211) Penting bagi seorang pemimpin untuk memfasilitasi kemampuan rakyatnya dan membiarkan mereka memenuhi takdir mereka sendiri. Dengan menyingkirkan batasan, rakyat akan mengembangkan bakat sehingga seluruh negeri akan memperoleh faedahnya. P’u: Kayu yang Belum Diukir Sejenak bayangkan anda seorang tukang kayu yang berhasil. Anda memandang sebatang kayu yang belum diukir dengan penuh cinta, karena Anda tahu kayu itu adalah potensi yang belum digarap. Sebagai materi yang belum digarap, kayu itu dapat menjadi apapun - kemungkinannya tidak terbatas. Tidak seorangpun dapat memberinya nama, karena memang belum menjadi sesuatu kecuali yang ada pada keadaan alaminya, keadaan yang belum tersentuh, sangat serupa dengan Tao. Kaum Taoist percaya bahwa jika kita dapat kembali ke keadaan yang serupa dengan kayu yang belum diukir itu, p’u, kita menemukan Tao. Orang bijak mencoba menjadi seperti kayu yang belum diukir, terbuka pada potensi, tanpa menjadi terbatas pada satu definisi. Dalam keadaan sebagai materi kasar itulah justru kayu P’u itu dipenuhi potensi. Jika kita berusaha membimbing tindakan kita semata-mata dengan standar eksternal, yakni suatu kriteria dari luar situasi yang kita geluti, berarti kita gagal. Standar eksternal harus diindividualkan untuk dapat diterapkan. Mulailah dengan terlebih dahulu menyimak situasi pribadi Anda sendiri. Dari sini, renungkanlah Tao dari berbagai situasi secara umum untuk menemukan wahyu yang membimbing. Situasi individual adalah ekspresi hidup dari Tao yang lebih agung. Kayu yang belum diukir mengarah pada kebijaksanaan. Tao pada masing-masingnya sama dengan yang ada pada semuanya. Karena itu, seseorang dapat meluaskan hidup dan kapasitasnya melalui keluarga, komunitas, negara dan dunia. Untuk kembali pada diri Anda yang sejati, bantulah sesama dan keluarga agar menyadari dan hidup dalam Tao. Dengan demikian, kebijaksanaan agung dan pertimbangan yang baik pun dapat ditemukan dan diekspresikan. Mengurangi keinginan Dengan prinsip Yin-Yang, pertentangan selalu terciptakan. “Mempunyai terlalu banyak” akan menciptakan suatu potensi kebalikannya. Serangkaian persoalan tidak pelak lagi berkembang, misalnya, keharusan memelihara benda itu dan akhirnya kekhawatiran akan kehilangan semua itu. Benda berharga dengan sendirinya juga menarik minat pencuri. Karena, menurut Tao Te Ching, wajar saja jika orang lain juga menginginkan benda yang diberi nilai oleh budaya itu. Nilai suatu benda itu relatif dan kerap kali ditentukan secara budaya, bukannya karena nilai yang melekat pada benda itu sendiri. Misalnya, orang sering kali ingin memiliki lebih banyak perangkat lunak komputer, walaupun harganya sangat mahal. Perangkat lunak itu menjadi sedemikian dicari orang sehingga muncullah pembajak perangkat lunak, yakni orang yang menggandakannya dan menjualnnya secara tidak sah. Padahal, seorang Aborigin yang tidak pernah melihat komputer mungkin saja menganggap disket perangkat lunak komputer hanyalah sekeping plastik yang tidak berharga dan membuangnya. Bagi seorang anak berusia 4 tahun, kepingan CD hanyalah mainan. Berhentilah memberikan nilai tinggi pada hal-hal eksternal. Kembalilah pada kekayaan intuitif dalam diri kita: Tao. Dengan demikian, Anda akan bahagia, tenteram dan mengembangkan Te Anda secara alami. Dorongan untuk mendapatkan kendali dan kekuasaan demi kendali dan kekuasaan itu sendiri akan membuat orang menjauh dari Tao. Manakala kita mencoba mengendalikan seseorang atau keadaan, maka kebalikannya pun tercipta. Pertentangan dan konflik memenuhi situasi, membuat kemajuan terhenti. Campakkan upaya mengendalikan. Dengan demikian, dinamika yang sejati akan terungkap dan dapat dituntun ke arah yang positif. Memberikan fasilitas yang membantu justru lebih berdaya dan langgeng daripada dominasi. Manakala kita Satu dengan Tao, kita memiliki padangan yang lebih mendalam dan kemampuan yang lebih berkembang. Kisah Lieh-tzu ini memberikan gambarannya: Pada suatu saat ada seorang pemuda yang sangat menyukai camar. Ia sering berenang pada pagi hari bersama camar-camar itu. Camar menjadi senang berkumpul disekitarnya, bertengger ditubuhnya, seakan ia menjadi bagian dari mereka. Pada suatu hari ayahnya berkata, “Kelihatannya kamu dapat mendekati burung-burung itu. Tangkaplah seekor, dan ayah akan memeliharanya.” Sebagai anak yang penurut, ia setuju saja. Hari berikutnya, ketika bermaksud berenang bersama camar-camar itu, mereka ternyata hanya beterbangan disekitar kepalanya tetapi tidak mau hinggap dibadannya. Seolah ada yang memperingatkan mereka. Perubahan yang terjadi dipikiran pemuda itu telah mengkomunikasikan maksudnya untuk mengendalikan burung itu. Ia tidak lagi Satu dengan mereka, dan naluri alami mereka pun memberitahu mereka agar menjauh darinya. Binatang dapat mengindra maksud dan menganggapi dengan tepat. (Lieh-Tzu, dalam Giles 1959, 46-47) Kebajikan Te Semakin banyak yang dilakukannya untuk sesama Semakin banyak yang dimilikinya Semakin banyak ia memberi kepada sesama Semakin banyak kepunyaannya (Tao Te Ching, dalam Wilhelm 1990, 64) [ Next Thread | Previous Thread | Next Message | Previous Message ] |
Subject | Author | Date |
Itu Jejak Simple Taoism | Obelix | 09:20:27 01/31/08 Thu |
|
||
Re: Simple Taoism | Kera Sakti | 14:46:28 01/31/08 Thu |
|
||
Re: Simple Taoism | Kera Sakti | 21:10:11 02/03/08 Sun |